Langkah Nata terhenti saat akan memasuki gerbang sekolah. Ia terpaku sejenak. Nata menarik nafas yang panjang kemudian melepaskannya dengan seketika. Sepertinya ia hendak sekali mengeluarkan beban dihatinya. Tapi kemudian matanya terfokus pada bangunan sekolah yang ada dihadapannya. Dengan langkah pasti Nata melangkah masuk dengan seutas senyum tersungging di bibirnya.
"Nataaaaa...!!!"Teriak sebuah suara saat Nata masuk ke kelasnya.
"Apaan sih loe,pagi-pagi gini udah teriak-teriak. Budek tau.."Kata Nata sewot.
"Nataaaaa...!!!"Teriak sebuah suara saat Nata masuk ke kelasnya.
"Apaan sih loe,pagi-pagi gini udah teriak-teriak. Budek tau.."Kata Nata sewot.
"Nat,sini deh..."
"Jangan pake narik-narik napa sih,ada apaan sih April?"kata Nata akhirnya kepada temannya itu.
"Thanks ya atas saran loe yang kemaren. Sekarang aku udah baikan ma Doni."Begitu kata yang keluar dari mulut April saat mereka sudah duduk di kursi panjang yang terletak di depan ruang kelas mereka.
"tentang cowok loe yang posesif itu? Yup,sama-sama. Biasa aja lah lagi,loe kan temen aku."
"Duh Nata manis deh,"Kata April sambil mencubit pipi Nata.
Tapi tiba-tiba,"Pagi Nata,April.."Seorang cowok cakep bernama Ravi menyapa mereka.
"Ah elo,bilang aja mau cari perhatian Nata."kata April lugu.
"Hee...tau aja loe pril.Ya udah aku ke kelas dulu ya. Dah April,dah Nata sayang.."
Mendengar itu Nata cuma mengernyitkan dahinya sambil melemparkan pandangan ke arah lain.
"Nat, loe napa sih selalu cuek dan bahkan jutek ma cowok. Gimana loe mau dapet cowok?"
"Emang harus ya, bodo amet !!"
"yee elo, selalu begitu deh kalo ditanya soal cowok. Padahal mereka banyak yang mau deketin loe, cuma loe nya aja kayak gitu. Kan mereka jadinya takut mau deketin loe.."
"Biarain aja lah Pril,aku aja gak mikirin itu. Napa loe yang jadinya kepikiran??"
"ini anak kalo dibilangin,ah susah lah."Kata April sewot.
* * * *
Nata menghempaskan tubuhnya di sebuah sofa di dalam rumahnya yang sederhana. Sedangkan tasnya tergeletak di atas meja yang tak jauh dari tempatnya duduk. Nata merasa hari ini sangat melelahkan sekali baginya. Dari 3 mata pelajaran sains yang sangat membosankan hari ini, tugas seabrek-abrek yang diberikan gurunya, serta teriknya cuaca yang tidak bersahabat.
"Eh buat beli bensin,beli rokok kau kira gak pake duit?!"Sebuah suara yang gak asing bagi Nata.
"Ya tapi masa' untuk itu saja sudah habis uang yang tadi,"Kata suara yang satunya lagi. Yang tak lain adalah ibu yang sangat ia sayangi.
"Ah bising lah kau, gak usah banyak tanyak. Aku gak mau tau, pokoknya hari ini uang itu harus ada. Pinjam ke kakak-kakakmu kan bisa."Kata ayahnya.
Sosok orangtua yang gak pantes untuk dibanggakan, apalagi dicontoh oleh Nata. Dan sejujurnya Nata sangat benci kepadanya. Nata tau kali ini pertengkaran mereka tentang apa, yaitu tak lain tentang uang dan uang.
Nata dan ibunya sangat tau dipergunakan untuk apa uang itu oleh ayahnya. Untuk berjudi dan main gila dengan wanita. Nata sangat kasihan dengan ibunya kerena selama ini ibunya lah yang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sedangkan ayahnya hanya bisa menghambur-hamburkannya untuk hal yang sama sekali gak penting.
Ah Nata benci, Nata takut...Nata sudah terlalu trauma dengan sifat ayahnya yang tempramental dan suka main tangan. Waktu ia masih kecil, ayahnya hampir saja hilang kesadaran dengan ingin menghabisi darah dagingnya sendiri.
Oleh sebab itu jika ia sudah mendengar terjadi perang mulut orangtuanya, ia lebih suka menghilang. Ntah itu dengan cari kegiatan di luar atau lebih suka mengendap di dalam kamarnya.
Begitu juga yang ia lakukan sekarang. Merebahkan diri di kasurnya dan menenggelamkan wajahnya di balik bantal. Sejenak kemudian ia sudah terlelap dalam tidurnya.
* * * *
"Plakkk..."Sebuah tamparan yang lemayan keras terdengar oleh Nata dibalik bantalnya yang membuat ia tersentak bangun.
"Aku kan udah bilang uangnya harus ada sekarang !!"
"tapi mau pinjam kemana lagi,yah? Kita sudah banyak hutang sana sini,"Kata ibu sambil terisak.
"Aku gak mau tau, itu urusan kau..."Kata ayah sambil teriak.
"Untuk apa lagi uang itu. Untuk main gila dengan wanita lagi, atau judi kesukaan ayah?"Kata ibu akhirnya.
"Banyak mulut kau, dasar istri tak berguna."Sebuah tamparan mendarat di pipi ibu. "kau mau kuceraikan?!" Begitu kata-kata ayah untuk menakuti ibu.
Nata kemudian membuka pintu kamar. Dan dengan sekuat tenaga yang ia kumpulkan, kata-kata mantap seperti lontaran peluru mengalir begitu saja dari mulutnya.
"Ayah kira kami takut? Asal ayah tau malah Nata sangat mengaharapkan ibu pisah dari ayah. Karna Nata udah gak tahan liat ayah selalu kasar dan menganggap ibu sebagai bank uang buat ayah.
"Selama ini ada ayah bertanggungjawab? Siapa yang cari makan, siapa yang masukin Nata ke sekolah?? Ibu kan.."
Yang ayah bisa lakuin itu cuma berjudi, dan main wanita. Sejujurnya Nata sangat mengharamkan setiap uang yang mengalir dari keringat ibu ayah gunakan untuk itu semua. Nata gak rela yah !!"
"Eh anak kecil ikut-ikutan urusan orangtua. Diem gak atau..."Sebuah tangan hendak mendarat di pipi Nata. Namun Nata malah menantang ayahnya kembali.
"Atau apa yah?? Yang ayah bisa buat cuma main tangan, pake kekerasan. Seharusnya dari dulu Nata ngelakuin ini. Kalau ayah berani nyentuh Nata, Nata bakalan teriak biar tetangga pada dengar dan ayah mau dihajar orang kampung??!!" Mendengar itu ciut juga nyali ayahnya, dan ia diam lalu pergi keluar rumah dengan membanting pintu.
"Bu.." Lanjut Nata. Ibu sekarang harus ambil keputusan mau pisah dengan ayah atau kita akan terus kayak gini. Dia gak akan pernah berubah,bu. Tanpa dia kita masih bisa hidup kan?"
"Ya Nata, ibu rasa juga begitu. Ibu udah gak tahan."
"Ya udah, mulai sekarang kita gak boleh diam, gak boleh lemah lagi."
"tok..tok..tok..assalamualaikum. Nata..??" Teriak orang dibalik pintu.
"Udah biar Nata yang buka pintunya, bu..."
"Eh Pril, ada apa loe kesini?? Masuk yuk.."
"Hmmm.. gak usah diluar aja kita ngobrolnya. Sebenarnya aku kesini mau curhat ma loe tentang Doni. Tapi waktu aku kesini, aku gak sengaja denger loe lagi ribut ma bos loe..."
"Oh itu..Emang ada apa lagi dengan Doni?"tanya Nata.
"Dia putusin aku Nat,tapi aku gak mau diputusin."
"Pril loe cantik, masih banyak yang mau sama loe..."
"Tapi aku sayang banget ma dia.."
"Pril aku bilangin ke elo. Sayang itu gak bisa menjamin loe bahagia. loe liat ibu aku, malah dia jadi sengsara. Aku gak mau salah jalan kayak dia. Dan aku juga gak mau loe kayak gitu. Kalo dia tulus sama loe, dia gak kan nyakitin loe Pril !!"
"Boys are suck dan cinta tuh cuma Bulshit !! itu lah kenapa aku gak pecaya sama cowok. Hari gini seberapa sih manusia yang bener-bener punya cinta dihatinya."
"Nat, aku bangga liat loe. "kata April kemudian.
"Bangga,bangga kenapa..??"
"Loe itu temen yang care and selain itu juga satu sikap loe yang paling aku suka."
"paan..?"
"Loe gak pernah liatin kesedihan loe sama orang lain, sama temen-temen loe.Loe lebih suka mendam diri aja. Jadi orang berkesan kalau loe itu orang yang selalu bahagia dan kayak gak pernah ada masalah."
"duh Pril jangan ngomong gitu ntar aku GR nih.. Hidup aku gak kayak gitu kale.Makannya nilai orang jangan dari luarnya aja. So gimana dengan Doni?"
"Doni?? Siapa tuh dia..Udah lupa tuh.Wahahha...."
Suasana sore itu ditutup dengan gelak tawa Nata dan April.